Jumat, 06 Desember 2013

Dinamit - Alfred Nobel

Nama Nobel selalu dikaitkan dengan penghargaan kemanusiaan. Tak banyak yang tahu beragam sisi hidup si penggagas, yang juga seorang penemu dinamit, penyair yang penyendiri, dan inventor jenius.
Swedia, 21 Oktober 1833, lahirlah seorang bayi laki-laki yang dinamai Alfred, putra keempat dari Immanuel Nobel, penemu dan insinyur sukses yang membangun jembatan dan gedung. Dari pihak ayah, Alfred masih keturunan Olof Rudbeck, ilmuwan terkenal dari abad 17 yang membantu Swedia berkembang pesat.

Salah satu momen penting dalam hidup Alfred adalah perkenalannya dengan cairan berdaya ledak hebat bernama nitrogliserin, yang terjadi saat ia menempuh studi teknik kimia di Paris dan dimentori T.J Pelouze, profesor kimia tersohor.
 
Alfred jatuh cinta pada nitrogliserin ini. Sekembalinya ke Rusia, ia dan ayahnya bahu-membahu mengembangkan zat liar tersebut menjadi bahan peledak komersial. Percobaan mereka terinterupsi oleh kebangkrutan kedua yang dialami oleh Immanuel. Keluarga Nobel harus pulang ke Swedia. Meski begitu, obsesi Alfred akan nitrogliserin tak berubah.
 
Suatu hari, pada 1863, tragedi terjadi di laboratorium Alfred, tempat ia melakukan serangkaian percobaan intensif untuk mengembangkan nitrogliserin. Laboratorium tersebut meledak dan menggegerkan kota Swedia. Beberapa orang terbunuh, termasuk adik bungsu Alfred, Emil.
 
Namun, Alfred tidak trauma. Karena dilarang melakukan eksperimen di dalam kota, ia memindahkan laboratoriumnya ke Danau Malaren. Tak lama kemudian, ia berhasil memproduksi nitrogliserin secara massal. Belajar dari tragedi yang menewaskan sang adik, Alfred terus mengembangkan produknya agar lebih aman digunakan. Ia mencampur cairan nitrogliserin yang mematikan dengan pasir kualitas tinggi, sehingga bentuknya mirip pasta gigi yang kemudian ia kemas sedemikian rupa. Alfred Nobel pun resmi menjadi penemu dinamit.
 
Kariernya menanjak sejak itu. Alfred memperoleh hak paten atas dinamit, yang laris manis dipakai di tambang berlian. Ia dianggap berjasa mengurangi biaya produksi industri pertambangan karena dinamit begitu efektif untuk eksplorasi bahan tambang. Pabrik-pabrik dinamit Alfred menjamur hingga 90 buah di lebih dari 20 negara. Alfred sendiri memilih untuk berbasis di Paris meski ia kerap berpindah-pindah ke berbagai negara, seperti Jerman, Skotlandia, dan Italia. “Rumah adalah tempat saya bekerja, dan saya bekerja dimana-mana,” ujarnya suatu kali.
 
Selain menciptakan dinamit, otak jenius Alfred terus berinovasi dan ia sukses mengembangkan 355 produk hak paten, dari karet sintetis sampai sutra buatan. Di usia 40, sang ilmuwan yang ahli bicara lima bahasa ini telah mencapai hidup mapan.
 
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar